KKN ITERA Hadirkan Inovasi di Galih Lunik: Dari Singkong Jadi Mie Hingga Digitalisasi UMKM
.jpeg)
Foto : Kuliah Kerja Nyata (KKN) ITERA Kelompok 05 Desa Galih Lunik, Kecamatan Tanjung Bintang, Lampung Selatan (Ugy/filsafatmuslim.com)
Filsafat Muslim - Desa Galih Lunik, Kecamatan Tanjung Bintang, biasanya identik dengan hamparan ladang singkong. Namun, sejak kehadiran mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) ITERA Kelompok 05 pada 21 Juli hingga 21 Agustus 2025, wajah desa ini mulai disinari semangat baru.
Selama sebulan penuh, mahasiswa di bawah bimbingan Asido Saputra Sigalingging, S.T., M.T. itu tidak hanya menjalankan tugas akademik, tetapi juga merajut kolaborasi dengan warga untuk menggali potensi lokal. Hasilnya, sejumlah program kreatif lahir dan langsung menyentuh kehidupan masyarakat.
Kuliah Kerja Nyata (KKN) bukan hanya sekadar menjalankan kewajiban akademik, melainkan merajut asa bersama masyarakat untuk menggali dan memoles potensi lokal menjadi sumber kesejahteraan yang berkelanjutan. Kisah mereka adalah bukti nyata bagaimana semangat, inovasi, dan kolaborasi kaum muda mampu menjadi motor penggerak kemajuan. Dengan mengusung semangat Tri Dharma Perguruan Tinggi, mereka berhasil mengidentifikasi permasalahan krusial dan merancang serangkaian program kerja yang tidak hanya solutif, tetapi juga inspiratif.

Foto : Kuliah Kerja Nyata (KKN) ITERA Kelompok 05 Desa Galih Lunik, Kecamatan Tanjung Bintang, Lampung Selatan (Ugy/filsafatmuslim.com)
Berawal dari keluhan warga soal harga singkong yang rendah, para mahasiswa menawarkan solusi sederhana namun inovatif: mie singkong. Melalui pelatihan pada 11 Agustus 2025 di Balai Desa, warga terutama Ibu-Ibu PKK belajar mengolah singkong menjadi mie sehat dan bernilai jual tinggi. Produk ini diharapkan menjadi pintu masuk diversifikasi pangan desa.
Inovasi Hijau untuk Pertanian
Tak berhenti di dapur, kreativitas mahasiswa juga merambah bidang pertanian dan lingkungan:
- Pemanfaatan alat Sensor pH tanah untuk mendukung budidaya Tanaman Obat Keluarga (TOGA).
- Pupuk Organik Cair (POC) dari limbah kulit singkong, solusi murah dan ramah lingkungan yang digagas tiga mahasiswi.
- Digitalisasi UMKM melalui website katalog produk serta pemetaan Google Maps, membuka akses pasar lebih luas bagi pelaku usaha lokal.
Di bidang pendidikan, mahasiswa juga mengadakan bimbingan belajar serta lomba cerdas cermat di SDN 02 Galih Lunik. Kegiatan ini memicu semangat belajar siswa dan menumbuhkan budaya kompetisi yang sehat.
Pesan Perubahan dari Ketua Kelompok
Ketua kelompok, Ugi Ardimin Hadi, menekankan bahwa misi KKN bukan sekadar meninggalkan program instan. Di balik kesuksesan seluruh program ini, terdapat visi besar yang diusung oleh sang Ketua Kelompok, Ugi Ardimin Hadi. Dengan penuh harap, ia menyampaikan pesan mendalam mengenai esensi dari pengabdian yang mereka lakukan.
"Kami datang ke Desa Galih Lunik bukan untuk meninggalkan program kerja yang akan usang dimakan waktu. Tujuan utama kami adalah menyalakan percikan api kemandirian dan inovasi di tengah masyarakat. Setiap program yang kami rancang, mulai dari mie singkong, pupuk organik, hingga digitalisasi UMKM, adalah fondasi yang kami harap dapat terus dibangun oleh warga desa. Program kerja ini dapat membantu dengan keberlanjutan; ini bukan sekadar bantuan sesaat, melainkan transfer ilmu pengetahuan dan keterampilan agar masyarakat dapat melanjutkan dan mengembangkannya secara mandiri. Kesuksesan sejati dari KKN ini bukanlah apa yang kami selesaikan dalam 30 hari, melainkan apa yang terus tumbuh dan berkembang di Galih Lunik setelah kami pergi. Kami percaya, dengan semangat gotong royong dan dukungan penuh dari perangkat desa, Galih Lunik memiliki kekuatan untuk menjadi desa percontohan yang mandiri dan sejahtera."
Tongkat Estafet untuk Warga

Foto : Kuliah Kerja Nyata (KKN) ITERA Kelompok 05 Desa Galih Lunik, Kecamatan Tanjung Bintang, Lampung Selatan (Ugy/filsafatmuslim.com)
Dengan semangat gotong royong, mahasiswa berharap masyarakat dapat melanjutkan inovasi yang telah diperkenalkan. Desa Galih Lunik kini memiliki bekal baru: mie singkong yang bernilai jual, pupuk ramah lingkungan, UMKM yang go-digital, dan generasi muda yang semakin bersemangat belajar.
Kisah ini menjadi pengingat bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil, dan bahwa potensi desa sesungguhnya adalah permata yang hanya perlu digali serta dipoles. (Ugy/FM)