Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menjaga Amanah Lautan: Panggilan untuk Pemuda Muslim dalam Membangun Poros Maritim Lampung

Foto : Seminar Kelautan ITERA Jejak Emas Pesisir Berdaya 2025 (Ugy/ filsafatmuslim.com)

Filsafat Muslim - Di hamparan bumi Allah yang luas, Provinsi Lampung dianugerahi sebuah karunia agung: kekayaan bahari yang melimpah ruah. Dengan garis pantai membentang sepanjang 1.319,021 km dan dihiasi oleh 172 pulau-pulau kecil, lautan Lampung adalah ayat-ayat kauniyah yang nyata, bukti kebesaran Sang Pencipta sekaligus amanah yang dititipkan di pundak kita semua.

Namun, di balik potret keindahan Teluk Lampung, pesona Pahawang, dan lambaian lumba-lumba di Kiluan, terbentang sebuah ujian. Karunia ini tengah menghadapi tantangan berat yang menggugat rasa syukur dan tanggung jawab kita sebagai khalifah di muka bumi. Di sinilah, secercah harapan muncul dari semangat generasi muda Muslim yang sadar akan panggilan untuk menjaga titipan Ilahi ini.

Foto : Seminar Kelautan ITERA Jejak Emas Pesisir Berdaya 2025 (Ugy/ filsafatmuslim.com)

Syukur Atas Nikmat Bahari yang Melimpah

Sebagai seorang Muslim, langkah pertama dalam mengelola sumber daya adalah dengan mensyukurinya. Dalam paparan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung yang disampaikan oleh Reanggun Bahiki, S.Pi., selaku Ketua Tim Kerja Tata Ruang Laut, terungkap potensi luar biasa yang menuntut rasa syukur kita:

1. Ekosistem Penyangga Kehidupan: Lampung menjadi rumah bagi skala terbesar ekosistem mangrove di Sumatera (±9.810 ha), terumbu karang yang kaya, serta padang lamun. Ini adalah benteng alami dari bencana sekaligus sumber ekonomi yang Allah sediakan.

2. Sumber Rezeki dari Lautan: Potensi perikanan tangkap di perairan Lampung mencapai 388.000 ton per tahun. Selain itu, potensi lahan untuk perikanan budidaya baru dimanfaatkan sekitar 32,55%, menandakan peluang besar untuk kesejahteraan umat yang belum tergarap maksimal.

3. Pariwisata Halal yang Menentramkan: Keindahan bahari seperti Pulau Pahawang, Tegal Mas, dan Teluk Kiluan adalah anugerah yang dapat dikembangkan menjadi destinasi ekowisata bahari kelas dunia, yang tidak hanya mendatangkan manfaat ekonomi, tetapi juga mendekatkan kita pada keagungan ciptaan-Nya.

Ujian di Balik Karunia: Saat Amanah Terancam

Allah SWT mengingatkan dalam Al-Qur'an untuk tidak membuat kerusakan di muka bumi setelah Ia memperbaikinya. Sayangnya, amanah laut di Lampung sedang diuji dengan berbagai permasalahan serius, sebagaimana diidentifikasi dalam kedua presentasi:

1. Kerakusan dan Kerusakan (Fasad fil Bahr): Praktik overfishing atau penangkapan ikan berlebih dan destructive fishing seperti bom ikan menjadi ancaman nyata yang dapat merusak keseimbangan ekosistem laut.

2. Pencemaran Lingkungan: Limbah industri dan rumah tangga yang mencemari perairan, serta sampah plastik, adalah bentuk pengingkaran terhadap nikmat lingkungan yang bersih dan sehat.

3. Degradasi Ekosistem: Kerusakan terumbu karang dan mangrove akibat aktivitas yang tidak ramah lingkungan adalah kerugian besar, mengingat fungsinya sebagai pelindung pantai dan habitat biota laut.

4. Tantangan Kesejahteraan Nelayan: Rantai distribusi yang panjang, fluktuasi harga, hingga akses permodalan yang terbatas menjadi pekerjaan rumah untuk mewujudkan keadilan ekonomi bagi para pejuang nafkah di lautan.

Generasi Rabbani di Garda Terdepan: Suara dari Maritim Muda

Di tengah tantangan ini, lahirnya organisasi kepemudaan seperti Maritim Muda Nusantara menjadi embusan angin segar. Organisasi ini membawa visi mulia: "Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia dengan pemuda sebagai garda terdepan".

Di Lampung, semangat ini disuarakan oleh M. Hasan Irham, S.T., yang menjabat sebagai Ketua Harian Pengurus Daerah Maritim Muda Lampung periode 2025 - 2027. Dalam presentasinya, beliau menekankan bahwa menjaga laut bukan sekadar isu lingkungan, tetapi sebuah panggilan bagi generasi muda.

Kesadaran ini selaras dengan data yang menunjukkan bahwa kaum muda sangat peduli terhadap isu lingkungan. Sebuah survei dari Indikator & YIC (2021) menunjukkan 82% responden Milenial dan Gen Z mengkhawatirkan kerusakan lingkungan. Semangat kritis, idealis, melek teknologi, dan enerjik yang dimiliki generasi muda adalah potensi besar yang jika dibingkai dengan nilai-nilai keislaman akan menjadi kekuatan perubahan yang dahsyat.

Ikhtiar Menjemput Perubahan: Kolaborasi Menuju Keberkahan

Menghadapi masalah yang kompleks, Islam mengajarkan pentingnya ikhtiar (usaha) dan ta'awun (tolong-menolong). Pemerintah Provinsi Lampung telah melakukan berbagai upaya, seperti pengelolaan tata ruang, pemberdayaan masyarakat, restorasi ekosistem, dan penguatan pengawasan.

Namun, pemerintah tidak bisa berjalan sendiri. Diperlukan kolaborasi pentahelix yang kuat antara pemerintah, akademisi, swasta, media, dan tentu saja, masyarakat yang di dalamnya termasuk para pemuda. Baik Bapak Reanggun Bahiki maupun Bapak M. Hasan Irham, melalui materi mereka, secara implisit menyerukan pentingnya sinergi ini. Dinas Kelautan dan Perikanan secara eksplisit membuka pintu kolaborasi untuk riset dan program konservasi.

Panggilan Jihad Ekologis: Dari Lampung untuk Indonesia

Laut adalah warisan yang akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah. Menjaganya dari kerusakan adalah bentuk syukur tertinggi, dan membiarkannya rusak adalah sebuah pengingkaran.

Generasi muda Muslim Lampung, dengan semangat dan idealisme yang dimiliki, kini berada di persimpangan jalan. Mengambil peran aktif dalam advokasi, edukasi, konservasi, dan inovasi teknologi maritim adalah wujud "jihad ekologis" di era modern. Seperti yang dikatakan Greta Thunberg, "You are never too small to make a difference". Setiap individu adalah penggerak perubahan.

Mari bersama-sama, dengan semangat iman dan ilmu, kita rawat amanah laut Lampung. Menjadikannya bukan hanya sebagai sumber ekonomi, tetapi juga sebagai sumber keberkahan dan ladang amal untuk generasi kini dan mendatang. (Ugy/FM)