Menjaga Amanah Lautan: Panggilan untuk Pemuda Muslim dalam Membangun Poros Maritim Lampung
Filsafat Muslim - Di hamparan bumi Allah yang luas, Provinsi Lampung
dianugerahi sebuah karunia agung: kekayaan bahari yang melimpah ruah. Dengan
garis pantai membentang sepanjang 1.319,021 km dan dihiasi oleh 172 pulau-pulau
kecil, lautan Lampung adalah ayat-ayat kauniyah yang nyata, bukti kebesaran
Sang Pencipta sekaligus amanah yang dititipkan di pundak kita semua.
Namun, di balik potret keindahan Teluk Lampung, pesona
Pahawang, dan lambaian lumba-lumba di Kiluan, terbentang sebuah ujian. Karunia
ini tengah menghadapi tantangan berat yang menggugat rasa syukur dan tanggung
jawab kita sebagai khalifah di muka bumi. Di sinilah, secercah harapan muncul
dari semangat generasi muda Muslim yang sadar akan panggilan untuk menjaga
titipan Ilahi ini.
Syukur Atas Nikmat Bahari yang Melimpah
Sebagai seorang Muslim, langkah pertama dalam mengelola sumber daya adalah dengan mensyukurinya. Dalam paparan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung yang disampaikan oleh Reanggun Bahiki, S.Pi., selaku Ketua Tim Kerja Tata Ruang Laut, terungkap potensi luar biasa yang menuntut rasa syukur kita:
1. Ekosistem Penyangga Kehidupan: Lampung menjadi rumah bagi
skala terbesar ekosistem mangrove di Sumatera (±9.810 ha), terumbu karang yang
kaya, serta padang lamun. Ini adalah benteng alami dari bencana sekaligus
sumber ekonomi yang Allah sediakan.
2. Sumber
Rezeki dari Lautan: Potensi perikanan tangkap di perairan Lampung mencapai
388.000 ton per tahun. Selain itu, potensi lahan untuk perikanan budidaya baru
dimanfaatkan sekitar 32,55%, menandakan peluang besar untuk kesejahteraan umat
yang belum tergarap maksimal.
3. Pariwisata Halal yang Menentramkan: Keindahan bahari seperti Pulau Pahawang, Tegal Mas, dan Teluk Kiluan adalah anugerah yang dapat dikembangkan menjadi destinasi ekowisata bahari kelas dunia, yang tidak hanya mendatangkan manfaat ekonomi, tetapi juga mendekatkan kita pada keagungan ciptaan-Nya.
Ujian di Balik Karunia: Saat Amanah Terancam
Allah SWT mengingatkan dalam Al-Qur'an untuk tidak membuat
kerusakan di muka bumi setelah Ia memperbaikinya. Sayangnya, amanah laut di
Lampung sedang diuji dengan berbagai permasalahan serius, sebagaimana
diidentifikasi dalam kedua presentasi:
1. Kerakusan
dan Kerusakan (Fasad fil Bahr): Praktik overfishing atau penangkapan ikan
berlebih dan destructive fishing seperti bom ikan menjadi ancaman nyata yang
dapat merusak keseimbangan ekosistem laut.
2. Pencemaran
Lingkungan: Limbah industri dan rumah tangga yang mencemari perairan, serta
sampah plastik, adalah bentuk pengingkaran terhadap nikmat lingkungan yang
bersih dan sehat.
3. Degradasi
Ekosistem: Kerusakan terumbu karang dan mangrove akibat aktivitas yang tidak
ramah lingkungan adalah kerugian besar, mengingat fungsinya sebagai pelindung
pantai dan habitat biota laut.
4. Tantangan Kesejahteraan Nelayan: Rantai distribusi yang panjang, fluktuasi harga, hingga akses permodalan yang terbatas menjadi pekerjaan rumah untuk mewujudkan keadilan ekonomi bagi para pejuang nafkah di lautan.
Generasi Rabbani di Garda Terdepan: Suara dari Maritim Muda
Di tengah tantangan ini, lahirnya organisasi kepemudaan seperti Maritim Muda Nusantara menjadi embusan angin segar. Organisasi ini membawa visi mulia: "Terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia dengan pemuda sebagai garda terdepan".
Di Lampung, semangat ini disuarakan oleh M. Hasan Irham, S.T., yang menjabat sebagai Ketua Harian Pengurus Daerah Maritim Muda Lampung periode 2025 - 2027. Dalam presentasinya, beliau menekankan bahwa menjaga laut bukan sekadar isu lingkungan, tetapi sebuah panggilan bagi generasi muda.
Kesadaran ini selaras dengan data yang menunjukkan bahwa kaum muda sangat peduli terhadap isu lingkungan. Sebuah survei dari Indikator & YIC (2021) menunjukkan 82% responden Milenial dan Gen Z mengkhawatirkan kerusakan lingkungan. Semangat kritis, idealis, melek teknologi, dan enerjik yang dimiliki generasi muda adalah potensi besar yang jika dibingkai dengan nilai-nilai keislaman akan menjadi kekuatan perubahan yang dahsyat.
Ikhtiar Menjemput Perubahan: Kolaborasi Menuju Keberkahan
Menghadapi masalah yang kompleks, Islam mengajarkan
pentingnya ikhtiar (usaha) dan ta'awun (tolong-menolong). Pemerintah Provinsi
Lampung telah melakukan berbagai upaya, seperti pengelolaan tata ruang,
pemberdayaan masyarakat, restorasi ekosistem, dan penguatan pengawasan.
Namun, pemerintah tidak bisa berjalan sendiri. Diperlukan
kolaborasi pentahelix yang kuat antara pemerintah, akademisi, swasta, media,
dan tentu saja, masyarakat yang di dalamnya termasuk para pemuda. Baik Bapak
Reanggun Bahiki maupun Bapak M. Hasan Irham, melalui materi mereka, secara
implisit menyerukan pentingnya sinergi ini. Dinas Kelautan dan Perikanan secara
eksplisit membuka pintu kolaborasi untuk riset dan program konservasi.
Panggilan Jihad Ekologis: Dari Lampung untuk Indonesia
Laut adalah warisan yang akan kita pertanggungjawabkan di
hadapan Allah. Menjaganya dari kerusakan adalah bentuk syukur tertinggi, dan
membiarkannya rusak adalah sebuah pengingkaran.
Generasi muda Muslim Lampung, dengan semangat dan idealisme yang dimiliki, kini berada di persimpangan jalan. Mengambil peran aktif dalam advokasi, edukasi, konservasi, dan inovasi teknologi maritim adalah wujud "jihad ekologis" di era modern. Seperti yang dikatakan Greta Thunberg, "You are never too small to make a difference". Setiap individu adalah penggerak perubahan.
Mari bersama-sama, dengan semangat iman dan ilmu, kita rawat
amanah laut Lampung. Menjadikannya bukan hanya sebagai sumber ekonomi, tetapi
juga sebagai sumber keberkahan dan ladang amal untuk generasi
kini dan mendatang. (Ugy/FM)