Aktivis Mahasiswa Hindu asal Way Kanan Temui Bupati Ayu Asalasiyah, Aspirasi Infrastruktur dalam Semangat Moderasi
Filsafat Muslim - Way Kanan, 7 Oktober 2025. Aktivis mahasiswa Hindu asal Way Kanan, I Wayan Suberata, menemui Bupati Way Kanan, Ayu Asalasiyah, untuk menyampaikan aspirasi masyarakat mengenai pemerataan pembangunan infrastruktur, penguatan pengairan pertanian, dan perbaikan fasilitas umum. Pertemuan yang berlangsung hangat ini menegaskan pentingnya dialog terbuka antara pemerintah daerah dan masyarakat sipil agar kebijakan publik benar-benar berpihak pada kebutuhan warga.
Usai pertemuan, Suberata menyampaikan bahwa masih terdapat banyak kebutuhan lintas kecamatan yang memerlukan perhatian serius, mulai dari kualitas jalan penghubung, jaringan irigasi yang andal, hingga fasilitas umum yang aman dan layak. “Kami datang membawa suara masyarakat yang berharap pembangunan di Way Kanan bisa lebih merata. Selain itu, saya juga mengapresiasi dan mendukung langkah Bupati Ayu menjalankan berbagai program yang berpihak pada rakyat kecil,” ujar I Wayan Suberata.
Bupati Ayu merespons positif dan menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk melaksanakan pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. “Kami sangat terbuka terhadap masukan dan aspirasi masyarakat. Kolaborasi dengan berbagai elemen, termasuk para aktivis dan komunitas, menjadi hal penting untuk memastikan kebijakan kami tepat sasaran,” kata Ayu Asalasiyah. Sikap ini mencerminkan tata kelola yang mengedepankan partisipasi publik, transparansi, dan akuntabilitas sebagai prasyarat efektivitas program.
Secara substansial, aspirasi yang disampaikan menyoroti tiga isu pokok. Pertama, pemerataan pembangunan jalan agar mobilitas warga, akses layanan dasar, dan distribusi hasil pertanian tidak tersendat. Kedua, penguatan pengairan pertanian untuk menjaga produktivitas, menekan biaya tanam panen, serta memperkuat ketahanan pangan desa. Ketiga, perbaikan fasilitas umum, antara lain drainase, penerangan jalan, dan ruang publik, yang berdampak langsung pada kualitas hidup serta keselamatan lingkungan.
Pertemuan ini juga menghadirkan pelajaran penting tentang moderasi beragama dalam ruang kebijakan. Kehadiran aktivis mahasiswa Hindu yang berdialog konstruktif dengan bupati mencerminkan praktik wasathiyah, nilai moderat dalam Islam, yang menempatkan musyawarah atau syura, keadilan atau ‘adl, dan kemaslahatan atau maslahah sebagai landasan bersama. Dalam bingkai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, moderasi bukan sekadar wacana melainkan metode kerja yang mendorong kolaborasi lintas identitas demi tujuan yang sama yaitu kesejahteraan warga.
Agar komitmen inklusif berbuah konkret, pelaksanaan kebijakan idealnya berbasis data dan terbuka bagi pemantauan publik. Pemerintah dapat memetakan kondisi jalan dan jaringan irigasi prioritas per kecamatan, menetapkan indikator capaian yang terukur, serta menayangkan dashboard keterbukaan informasi mengenai anggaran, jadwal, pelaksana, dan progres proyek. Musrenbang tematik yang melibatkan petani, pelaku UMKM, tokoh agama, dan pemuda akan memperkaya bukti lapangan sekaligus memperkuat rasa memiliki masyarakat terhadap program.
Dari sisi dampak, pemerataan infrastruktur menurunkan biaya logistik, mempercepat pergerakan barang dan jasa, serta membuka akses pasar yang lebih luas bagi petani dan pelaku usaha kecil. Irigasi yang andal membantu mengurangi risiko gagal panen dan menstabilkan pendapatan keluarga tani. Fasilitas umum yang tertata baik memperkecil kesenjangan antarkecamatan, meningkatkan keselamatan dan kenyamanan warga, serta memperkuat modal sosial desa.
Transparansi dan akuntabilitas menjadi kunci menjaga kepercayaan publik. Ketika masyarakat dapat mengikuti proses dari hulu ke hilir, mulai dari perencanaan, pengadaan, hingga verifikasi pekerjaan, celah kebocoran anggaran dapat ditekan dan kualitas hasil pembangunan terdorong naik. Pada titik ini, nilai amanah dalam etika pemerintahan yang juga ditekankan dalam ajaran Islam menemukan tempatnya, yakni mengelola mandat dengan jujur, profesional, dan bertanggung jawab.
Pada akhirnya, pertemuan antara I Wayan Suberata dan Bupati Ayu Asalasiyah layak dibaca sebagai awal sinergi yang menjanjikan. Di satu sisi terdapat aspirasi konkret yang lahir dari kebutuhan sehari-hari warga. Di sisi lain terdapat kesiapan pemerintah untuk menajamkan prioritas dan membuka ruang partisipasi. Jika semangat wasathiyah, yakni moderasi, keadilan, dan kemaslahatan, terus dihidupkan dalam proses kebijakan, maka program prioritas seperti peningkatan infrastruktur dasar, pemberdayaan ekonomi rakyat, dan penguatan pelayanan publik di Way Kanan berpeluang melaju lebih optimal, relevan, dan berkeadilan bagi semua. (Ugy/FM)
