ITERA Gelar Tabligh Akbar dan Peringatan Nuzulul Qur’an: Refleksi Ramadan di Tengah Dinamika Keilmuan dan Spiritualitas
Filsafat Muslim -- Institut Teknologi Sumatera (ITERA) menggelar Tabligh Akbar: Itera Bersholawat dan Peringatan Nuzulul Qur’an sebagai puncak rangkaian kegiatan Ramadan 1446 H. Acara yang digelar di Aula Gedung Kuliah Umum 2 ITERA, Minggu (16/3/2025), dihadiri oleh sivitas akademika, perwakilan organisasi mahasiswa, serta sejumlah tokoh agama. Dengan mengusung semangat “Menguatkan Iman, Memaknai Ilmu”, acara ini menjadi ruang refleksi filosofis tentang hakikat keberkahan Ramadan di tengah dinamika kehidupan modern.
Spiritualitas dan Etos Akademik dalam Ramadan
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Lampung, Dr. KH. A. Bukhari Muslim, Lc., M.A., hadir sebagai penceramah utama. Dalam pidatonya, ia menekankan bahwa Ramadan bukan sekadar bulan ritual, melainkan momentum untuk mengasah keseimbangan antara keimanan dan rasionalitas. “Hidup yang berkah adalah yang diisi dengan kebaikan dan kebermanfaatan. Sebagai akademisi, kita dituntut tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga bijak dalam memaknai setiap ayat-ayat-Nya,” ujarnya.
Pesan serupa disampaikan Frijan Masa’I, S.H.I., M.H., Pembina Rafatera sekaligus Ketua DKM Masjid Raya At-Tanwir ITERA. Ia mengapresiasi kolaborasi antara panitia, mahasiswa, dan dosen dalam menyemarakkan Ramadan di kampus. “Ramadan adalah laboratorium ketakwaan. Di sini, setiap amal adalah investasi untuk dunia dan akhirat,” tuturnya.
Rafatera 2025: Ajang Kompetisi yang Memadukan Teknologi dan Nilai Islami
Selain tabligh akbar, acara ini juga menjadi penutup Rafatera 2025, kompetisi Islami yang menantang kreativitas mahasiswa. Berbagai lomba digelar, mulai dari Musabaqah Desain Aplikasi Komputer Al-Qur’an hingga Musabaqah Karya Tulis Ilmiah Kandungan Al-Qur’an. M. Kautsar Rahmatullah, Ketua Rafatera 2025, menjelaskan bahwa kompetisi ini dirancang untuk memperkuat identitas keislaman di lingkungan kampus technopreneur. “Kita ingin menunjukkan bahwa Al-Qur’an tidak hanya dibaca, tetapi juga bisa diimplementasikan dalam karya nyata,” ujar mahasiswa Rekayasa Minyak dan Gas tersebut.
Presiden Mahasiswa KM-ITERA, Muhammad Rizky Saputra (Teknik Pertambangan), menambahkan bahwa kegiatan ini menjadi jembatan silaturahmi antarmahasiswa. “Di tengah kesibukan akademik, kita perlu menguatkan ukhuwah. Ini adalah esensi dari kehidupan kampus yang harmonis,” katanya.
Kilas Perjalanan Dr. KH. A. Bukhari Muslim: Dari Santri Hingga Ketua MUI
Dalam sesi khusus, Dr. KH. A. Bukhari Muslim membagikan kisah perjalanan intelektual dan spiritualnya. Ia menceritakan pengalamannya menimba ilmu di pesantren tradisional (nyantri) di Bolong, Bosangren, sebelum melanjutkan studi ke Al-Azhar University, Kairo, Mesir, pada tahun 1983-1985. “Saat itu, saya harus bekerja sebagai penyiar radio kayu di Departemen Bahasa Indonesia untuk membiayai studi,” kenangnya.
Setelah menyelesaikan pendidikan di Mesir, ia kembali ke Indonesia pada 1 Januari 1990 dan aktif di berbagai organisasi keagamaan dan sosial. Kini, selain menjabat Ketua MUI Lampung, ia juga terlibat dalam Musyawarah Kerja Antar Umat Papua dan sejumlah lembaga filantropi. “Ilmu tanpa amal adalah kesia-siaan. Kita harus menjadi jembatan antara pengetahuan dan kemanfaatan,” tegasnya.
Filosofi Ramadan: Antara Keberkahan dan Tanggung Jawab Kolektif
Dalam refleksi filosofisnya, Bukhari mengingatkan bahwa Ramadan adalah bulan yang mengajarkan manusia untuk “mengelola risiko” kehidupan. “Jika kita lalai, penyakit mal-praktik spiritual—seperti riya, hasad, atau keangkuhan—akan merusak esensi ibadah. Ini bukan hanya risiko individu, tetapi juga masalah kolektif,” paparnya.
Ia juga menyinggung pentingnya memahami Al-Qur’an secara holistik: sebagai petunjuk teologis, panduan etika, dan solusi masalah kemanusiaan. “Al-Qur’an adalah manual hidup. Di tangan akademisi, ia harus menjadi sumber inspirasi untuk inovasi yang berkeadaban,” tandasnya.
Penutup: Ramadan sebagai Momentum Transformasi
Acara ditutup dengan pembacaan sholawat dan doa bersama. Sebagai institusi yang memadukan sains dan nilai Islam, ITERA melalui kegiatan ini menegaskan komitmennya untuk melahirkan insan akademik yang tidak hanya unggul di laboratorium, tetapi juga di “laboratorium hati”. Sebab, seperti pesan Bukhari: “Teknologi tanpa spiritualitas bagai pelita tanpa cahaya—ia ada, tetapi tak memberi arah.” (Ugy/FM)