Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

FEBI FEST UIN Raden Intan: Ekonomi Digital, SDM Terdidik, dan Spirit Wasathiyah

Foto : Fery Irwandi Founder Tan Malaka Project (Ugy/filsafatmuslim.com)

Filsafat Muslim - Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Raden Intan Lampung menggelar Febi Fest National Economic Symposium di Aula Ballroom kampus, Jl. Endro Suratmin, Sukarame, Kota Bandar Lampung, pada 23 September 2025 pukul 09.30 - 15.00 WIB. Hadir sebagai pembicara utama Fery Irwandi, founder Tan Malaka Project, yang mengupas peluang dan risiko bonus demografi dalam bingkai ekonomi digital dan pendidikan vokasional berbasis nilai-nilai Islam yang moderat.

Tema dan Urgensi

Mengangkat tema “Membangun Ekosistem Ekonomi Terdidik dan Ekonomi Digital Indonesia di Era Bonus Demografi,” symposium ini menegaskan bahwa ledakan penduduk usia produktif adalah jendela peluang sekali seumur bangsa—sekaligus tantangan bila tanpa ekosistem yang siap. Kolaborasi pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat dinilai kunci untuk mengubah potensi demografi menjadi mesin pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.

Pesan Kunci 

Fery Irwandi menekankan bahwa bonus demografi terjadi ketika penduduk usia 15 - 64 tahun jauh lebih besar dibanding kelompok nonproduktif. Kondisi ini lahir dari menurunnya angka kelahiran dan kematian sehingga rasio ketergantungan ikut turun.

Menurutnya, keunggulan demografi hanya menjadi “bonus” bila generasi mudanya bekerja dan berdaya saing. Jika tidak, yang muncul justru pengangguran terdidik dan beban sosial baru. Karena itu, ia mendorong :

1. Upgrading UMKM bukan sekadar memelihara, tetapi menaikkan kelas dengan literasi keuangan, rantai pasok halal, dan kemampuan digital;

2. Penegakan hukum yang tegas dan adil—agar iklim usaha bersih dari praktik rente; bahkan bila pejabat terlibat pelanggaran, harus berani ditindak;

3. Pendidikan terapan SDM tak cukup banyak, tetapi harus unggul secara teknis, berjiwa kewirausahaan, dan melek digital.

“Indonesia mestinya menjadi contoh keberhasilan bonus demografi. Bahan bakarnya ada: usia produktif yang melimpah. Tugas kita memastikan mereka benar-benar produktif,” tegas Fery.

Nilai Keislaman yang Moderat

Ruang diskusi menonjolkan nilai wasathiyah (moderat): adil, amanah, maslahat, dan ihsan. Prinsip-prinsip ini diterjemahkan ke kebijakan ekonomi publik dan ekosistem digital:

1. Keadilan (al-‘adl) dalam akses pendidikan, pembiayaan, dan peluang kerja;

2. Amanah melalui tata kelola yang bersih dan anti-korupsi;

3. Maslahat lewat penguatan UMKM, ekonomi kreatif, dan ekonomi syariah yang inklusif;

4. Etika digital literasi, keamanan data, dan produktivitas, bukan sekadar tren teknologi.

Dengan kerangka maqāṣid al-syarī‘ah, pengembangan ekonomi diarahkan untuk menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta, sehingga transformasi digital tidak sekadar cepat, tetapi juga bermartabat. (Ugy/FM)