FEBI FEST UIN Raden Intan: Ekonomi Digital, SDM Terdidik, dan Spirit Wasathiyah
Tema dan Urgensi
Mengangkat tema “Membangun Ekosistem Ekonomi Terdidik dan Ekonomi Digital Indonesia di Era Bonus Demografi,” symposium ini menegaskan bahwa ledakan penduduk usia produktif adalah jendela peluang sekali seumur bangsa—sekaligus tantangan bila tanpa ekosistem yang siap. Kolaborasi pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat dinilai kunci untuk mengubah potensi demografi menjadi mesin pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.
Pesan Kunci
Fery Irwandi menekankan bahwa bonus demografi terjadi ketika penduduk usia 15 - 64 tahun jauh lebih besar dibanding kelompok nonproduktif. Kondisi ini lahir dari menurunnya angka kelahiran dan kematian sehingga rasio ketergantungan ikut turun.
Menurutnya, keunggulan demografi hanya menjadi “bonus” bila generasi mudanya bekerja dan berdaya saing. Jika tidak, yang muncul justru pengangguran terdidik dan beban sosial baru. Karena itu, ia mendorong :
1. Upgrading UMKM bukan sekadar memelihara, tetapi menaikkan kelas dengan literasi keuangan, rantai pasok halal, dan kemampuan digital;
2. Penegakan hukum yang tegas dan adil—agar iklim usaha bersih dari praktik rente; bahkan bila pejabat terlibat pelanggaran, harus berani ditindak;
3. Pendidikan terapan SDM tak cukup banyak, tetapi harus unggul secara teknis, berjiwa kewirausahaan, dan melek digital.
“Indonesia mestinya menjadi contoh keberhasilan bonus demografi. Bahan bakarnya ada: usia produktif yang melimpah. Tugas kita memastikan mereka benar-benar produktif,” tegas Fery.
Nilai Keislaman yang Moderat
Ruang diskusi menonjolkan nilai wasathiyah (moderat): adil, amanah, maslahat, dan ihsan. Prinsip-prinsip ini diterjemahkan ke kebijakan ekonomi publik dan ekosistem digital:
1. Keadilan (al-‘adl) dalam akses pendidikan, pembiayaan, dan peluang kerja;
2. Amanah melalui tata kelola yang bersih dan anti-korupsi;
3. Maslahat lewat penguatan UMKM, ekonomi kreatif, dan ekonomi syariah yang inklusif;
4. Etika digital literasi, keamanan data, dan produktivitas, bukan sekadar tren teknologi.
Dengan kerangka maqāṣid al-syarī‘ah, pengembangan ekonomi diarahkan untuk menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta, sehingga transformasi digital tidak sekadar cepat, tetapi juga bermartabat. (Ugy/FM)