Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Jelang Hari Tani Nasional Poktan Tunas Baru 1 Lampung Selatan Masih Menunggu Peruntungan Dari Komoditas Singkong Yang Tidak Kunjung Membaik


Foto : Petani Singkong Lampung Selatan (Hdk/filsafatmuslim.com)

Filsafat Muslim - Hari tani Nasional yang bertepatan pada (24/9/2025) tahun ini menjadikan petani singkong di daerah Lampung, khususnya jati agung tidak kunjung membaik, dari segi harga Rp.1.350 dan fraksi yang hampir menyentuh angka 50% menjadikan petani singkong yang ada di dusun sumber bakti desa sinar rejeki kecamatan jati agung, Lampung Selatan, masih menjerit dalam keterpurukan.

Pada Minggu (21/9/2025) tim redaksi Filsafat Muslim menemui salah satu tokoh kelompok tani yang ada di daerah sumber bakti kecamatan jati agung Lampung Selatan pada kesempatan kali ini Sunaryo selaku ketua kelompok tani Tunas Baru 1, menyatakan menyayangkan harga singkong yang tidak sesuai dengan ketetapan Pemprov Lampung dan realita di lapangan.

Foto : Ketua Poktan Tunas Baru 1 Sinar Rejeki Jati Agung Sunaryo (Hdk/filsafatmuslim.com)

“Harga singkong per kg itu yang di tetapkan dari pemerintah Rp.1.350 dengan fraksi hanya 15% tapi di lapangan berbeda mas, fraksi di pabrik bisa sampai 41% bahkan lebih” ujarnya.

Hal ini menjadikan polemik pada petani singkong yang ada di daerah Lampung umumnya dengan rendahnya harga jual dan tingginya fraksi yang di berikan pabrik kepada para petani sehingga meruginya para petani singkong.

Pada kesempatan lain Sunaryo menegaskan “Kita ini (petani) jika di samakan dengan pelaku bisnis ga ketemu mas, sudah pupuk mahal harga yang di berikan pabrik rendah menjadikan kami para petani ini selalu merugi,”

Harga singkong rendah di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor utama, yaitu tingginya volume impor tepung tapioka yang lebih murah, struktur pasar oligopoli dengan dominasi segelintir pembeli besar yang membuat posisi petani lemah, adanya praktik potongan harga (rafaksi) yang merugikan petani, serta kurangnya pengembangan hilirisasi produk singkong sehingga petani bergantung pada pabrik tapioka.

Sunaryo juga menjelaskan “ jika kita diminta untuk ganti komoditas ke jagung atau yang lain duitnya dari mana mas? Kita aja ini masih rugi jika dari pemerintah ada bantuan juga ga pernah sampai di kami karena kami masuk ke tanah register”,

Dengan demikian memperburuk keadaan petani singkong yang ada di daerah sumber bakti jati agung Lampung selatan, yang seharusnya hari tani Nasional menjadi penghormatan terhadap perjuangan kaum petani Indonesia, pengingat pentingnya peran petani sebagai pilar ketahanan pangan nasional, dan momentum untuk memperjuangkan kesejahteraan petani, berbanding terbalik dengan keadaan yang ada di lapangan.

“Harapan kami tidak muluk-muluk tidak harus harga itu naik melambung tinggi namun kami hanya ingin harga stabil seperti sebelumnya dengan fraksi yang lebih kecil dan tidak mencekik kami sebagai petani”. (Hdk/FM)