Kelas Menengah dalam Perbaikan Ekonomi?
Kelas Menengah dalam Perbaikan Ekonomi?
(Oleh: Fikri Haikal Hidayat)
Fakta pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang pesat, secara simultan menghasilkan tanda identik yang tergambarkan dalam kelahiran struktur kelas baru yaitu kelas menengah. Kelas menengah secara statistik datang sebagai juru selamat dalam menghadang laju kemiskinan bangsa indonesia. Kedatangan kelas menengah disambut sorak meriah dan tepuk tangan dari para elite korporasi. Pasalnya, kelas menengah akan menjadi wilayah terbuka bagi elit korporasi dalam memancing “buruan” agar masuk ke dalam jebakan konsumerisme.
Pergeseran paradigma dari “kebutuhan” (seperti makanan), kepada “keinginan” (non-makanan) adalah kondisi dimana umpan dari jebakan konsumerisme tepat sasaran. Dengan demikian, fenomena kenaikan kelas menengah sejalan dengan kenaikan penjualan mobil, handphone, sepeda motor, dan rumah. Perilaku konsumtif yang demikian, mengartikan secara tidak langsung masyarakat kelas menengah akan berubah menjadi binatang buas.
Pola konsumtif tersebut adalah komedi yang ditampilkan dalam pesta besar elit korporasi. Akan tetapi, bagi masyarakat miskin dan tertindas hal itu adalah film horor yang dipertontonkan dalam teater kebangsaan. Dengan demikian, ketika perilaku tersebut tidak berada dalam batasan yang telah ditetapkan akan sangat mengancam kestabilan bangsa. Implikasinya, harga dalam menu perekonomian bangsa akan mengalami lonjakan yang dengan jelas akan sangat menguntungkan kaum atas (Borjuis). Akan tetapi, merugikan dan menyiksa kalangan kelas bawah.
Perekonomian hanya akan diisi barang kepentingan kaum menengah yang dimana hal itu akan menyulitkan kelas bawah dengan alasan adanya perbedaan financial yang tidak seimbang. Hal tersebut akan semakin mempertinggi angka kemiskinan dan menimbulkan adanya penuruan index pembangunan manusia. Mengingat kemunculan kelas menengah diharapkan akan memperkecil jurang kemiskinan yang terjadi. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu hal demikian berubah menjadi sebuah boomerang dan malah memperdalam jurang kemiskinan yang ada.
Pada akhirnya, harapan dalam memperkecil kemiskinan dan masalah ekonomi masyarakat kecil kembali pada kehadiran birokrasi yang sehat dalam menciptakan kehidupan sosial yang menuju masyarakat adil dan makmur.