Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Meluruskan Mitos Jin Qarin dan Hakikat Kematian

Foto : Mengungkap Jin Qarin dan Misteri Kematian: Fakta di Balik Mitos (Ugy/filsafatmuslim.com)

Filsafat Muslim - Kisah tentang jin, roh gentayangan, atau suara-suara aneh dari dalam kubur sering kali memicu rasa penasaran sekaligus ketakutan. Penting bagi seorang Muslim untuk meletakkan kepercayaan dan pemahamannya pada dalil yang sahih, bukan pada cerita "katanya-katanya".

1. Memahami Hakikat Jin Qarin

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa setiap manusia didampingi oleh qarin.

"Setiap orang dari kalian telah diwakilkan padanya seorang qarin (pendamping) dari golongan jin dan seorang qarin dari golongan malaikat." (HR. Muslim)

Dari hadis ini, kita wajib mengimani keberadaan Jin Qarin. Namun, ada beberapa poin penting yang harus diluruskan:

Qarin Hanya Menyertai, Tidak Bersemayam di Dalam Tubuh: Istilah "menyertai" tidak serta merta berarti jin tersebut tinggal atau bersemayam di dalam jasad manusia. Bagaimana caranya ia menyertai kita adalah urusan gaib yang ilmunya hanya milik Allah. Kita tidak perlu sibuk memikirkannya.

Fokus pada Alam Nyata: Allah SWT telah menciptakan alam yang berbeda untuk manusia dan jin. Sebagai manusia, kita tidak perlu menyibukkan diri dengan urusan mereka. Kekhawatiran berlebihan seperti takut menabrak jin saat berkendara atau menginjaknya saat berjalan adalah sesuatu yang tidak berdasar. Fokus utama kita adalah beribadah dan beramal saleh di alam nyata ini.

2. Apa yang Terjadi Saat Manusia Meninggal?

Ketika ajal tiba, roh (nyawa) seseorang akan dicabut oleh Malaikat Maut. Setelah itu, selesai sudah urusannya dengan dunia. Tidak ada istilah roh yang "tertinggal", "gentayangan", atau "berusaha keluar dari jasad" seperti dalam cerita-cerita horor.

  • Jasad Kembali ke Tanah: Jasad yang telah ditinggalkan roh akan dikuburkan dan memasuki fase alam barzakh (alam kubur).
  • Roh Memasuki Alam Barzakh: Di alam barzakh, manusia akan menghadapi pertanggungjawaban awal, yaitu pertanyaan dari Malaikat Munkar dan Nakir. Inilah akidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
  • Cerita dari Kuburan adalah Kebohongan: Cerita tentang mendengar suara dari dalam liang lahad atau jasad yang bergerak adalah khayalan dan kebohongan. Islam mengajarkan kita untuk tidak mempercayai cerita-cerita tak berdasar yang hanya menimbulkan keresahan. Urusan roh adalah murni urusan Allah, sebagaimana firman-Nya:

وَيَسْـَٔلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ؕ قُلِ الرُّوحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّیْ وَمَاۤ اُوْتِیْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِیْلًا ۟

"Yang artinya: "Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.”

Oleh karena itu, sikap terbaik seorang Muslim adalah mengimani apa yang dijelaskan dalam dalil dan tidak mengarang atau memercayai cerita fiksi seputar kematian.

Ucapan Duka Cita: "Inna Lillahi" vs Doa, Mana yang Benar?

Ini adalah kesalahpahaman umum lainnya. Sebagian orang membenturkan antara ucapan "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" dengan doa seperti "Semoga husnul khatimah," seolah-olah hanya salah satu yang benar. Padahal, keduanya benar dan memiliki fungsi yang berbeda namun saling melengkapi.

1. Fungsi "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un"

Kalimat ini disebut kalimat istirja' (kalimat kembali). Fungsinya adalah sebagai:

  • Ikrar untuk Diri Sendiri: Saat kita mendengar berita musibah (termasuk kematian), kita mengucapkan kalimat ini untuk mengingatkan diri sendiri bahwa segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.
  • Peneguh Kesabaran: Ini adalah bentuk kepasrahan dan cara untuk menenangkan hati agar tabah menghadapi musibah.

Jadi, kalimat istirja' lebih ditujukan sebagai pengingat dan peneguh bagi orang yang mendengar berita, bukan semata-mata ucapan untuk orang yang meninggal.

2. Fungsi Doa "Semoga Husnul Khatimah"

Mengucapkan "semoga husnul khatimah," "semoga Allah mengampuni dosanya," dan doa-doa kebaikan lainnya adalah bentuk doa yang kita panjatkan untuk almarhum/almarhumah. Ini adalah hak seorang Muslim atas Muslim lainnya, yaitu saling mendoakan.

Kesimpulan: Keduanya Benar dan Penting

Tidak ada yang salah dengan kedua ucapan tersebut. Justru, yang paling ideal adalah menggabungkan keduanya.

Ketika mendengar kabar duka, pertama-tama kita ucapkan "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" untuk meneguhkan hati kita.

Setelah itu, kita lanjutkan dengan mendoakan kebaikan bagi yang telah meninggal dunia, baik melalui ucapan langsung maupun tulisan di media sosial seperti WhatsApp.

Menyalahkan salah satu praktik dan membenarkan yang lain adalah sikap yang keliru dan hanya akan menimbulkan perpecahan. Keduanya adalah amalan yang baik dan memiliki dasar masing-masing.

Wallahu a'lam bish-shawab. (Ugy/FM)