Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Diskusi Online HMI “Menyikapi Konflik Rusia – Ukraina dari Sudut Pandang Pertahanan”

Filsafat Muslim – Pada Kamis malam 3 Maret 2022, HMI FISIP Undip menyelenggarakan Diskusi Online terkait Konflik Rusia – Ukraina dengan menghadirkan 2 pembicara dari Mahasiswa S2 Ketahanan Nasional, Universitas Indonesia yakni Ken Bimo Sultoni (Direktur Institute of National Resilience Watchdog/INRW) dan Letda Tommy Rahadian Setiaji (Anggota Corps Penerbangan TNI AD) sebagai pengamat Ketahanan Nasional yang dibawakan oleh Arfa Bahrul Ulum (Ketua Bidang Sosmas BEM Undip 2021).

Pengamat Ketahanan Nasional mengungkapkan “Sebagai Pemimpin G20 Indonesia harus berperan aktif dalam upaya penyelesaian konflik Ukraina-Rusia”. Perlu diketahui pada Kamis, 24 Februari 2022, Rusia melancarkan serangan terhadap negara tetangganya yaitu Ukraina. Konflik Rusia-Ukraina telah menjadi perhatian global, banyak negara menentang tindakan Rusia namun ada juga yang mendukung. Lantas bagaimana dengan sikap Indonesia?.

Direktur Institute of National Resilience Watchdog (INRW), Ken Bimo Sultoni menyatakan bahwa sebagai negara yang menganut politik bebas aktif, Indonesia sejauh ini telah mengambil sikap yang tepat dalam menanggapi konflik yang terjadi.

“Statement presiden Jokowi yang menyatakan perang hanya akan menyengsarakan rakyat adalah sikap yang tepat untuk menunjukan sikap politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif” ungkapnya.

Akan tetapi ia juga menambahkan bahwa dalam menanggapi konflik ini Indonesia juga harus dapat mengambil peran aktif sebagai penengah atau mediator konflik agar polarisasi konflik tidak makin meluas dan membuat efek bola salju yang lebih besar.

“Kontitusi UUD 1945 mengamanatkan bahwa Indonesia harus ikut serta  dan aktif dalam menjaga perdamaian dunia, maka sebagai pimpinan negara G20 Indonesia seharusnya dapat mendorong upaya penyelesaian konflik ini, salah satunya adalah dengan mengajukan diri untuk menjadi mediator perdamaian antara Rusia dan Ukraina” lanjutnya.

Konflik Rusia-Ukraina ini harus dipandang secara bijak, pelajaran yang dapat diambil bahwa konflik ini terjadi karena perpecahan internal di Ukraina, negara sisi barat menginginkan intergrasi dengan Uni Eropa, sedangkan wilayah timur dengan Rusia. Tommy Rahadian Setiaji, Letnan Dua Corps Penerbangan TNI, sekaligus mahasiswa pascasarjana Ketahanan Nasional, Universitas Indonesia  menyatakan bahwa belajar dari konflik ini, Indonesia tidak boleh terpecah belah sebab mengacu pada apa yang pernah disampaikan oleh Bung Karno bahwa potensi konflik yang paling besar berasal dari internal bengsa sendiri.

“Indonesia harus semakin memperkuat pertahanan sendiri, karena potensi konflik dari negara sendiri jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan konflik dari luar, jika berseteru dengan negara lain kita pasti bersatu, namun ketika konflik dengan bangsa sendiri kita akan sulit membedakan musuh“ ujarnya.

(FM/Said)