Tabligh Akbar Masyarakat Lampung 2025: Ustaz Abdul Somad Tekankan Pentingnya Ketakwaan dan Kejujuran
Filsafat Muslim – Ribuan masyarakat Lampung memadati Lapangan PKOR Way Halim dalam acara Tabligh Akbar Masyarakat Lampung 2025 yang menghadirkan Ustadz Prof. H. Abdul Somad, Lc., D.E.S.A., Ph.D. Acara yang digelar secara gratis ini turut dihadiri oleh Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal dan Wakil Gubernur Jihan Nurlela, serta sejumlah pejabat daerah, TNI, Polri, dan tokoh masyarakat.
Pesan Utama: Standar "Baik dan Benar" Menurut Islam
Dalam ceramahnya yang berdurasi lebih dari satu jam, Ustadz Abdul Somad menyoroti konsep “orang baik dan benar” yang sering disalahartikan di era modern. “Siapa orang baik dan benar menurut zaman sekarang? Viral, kaya, berjabatan tinggi, atau tampan? Bukan! Menurut Islam, standarnya adalah asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah. Takwa kepada Allah harus menjadi fondasi,” tegasnya.
Ustadz juga mengkritik fenomena ketidakjujuran yang marak, termasuk di kalangan pejabat. “Jika semua takut pada Allah, beban KPK, polisi, dan inspektorat akan ringan. Tapi saat ini, ketakutan itu hanya 25%,” ujarnya, disambut gelak tawa dan tepuk tangan jemaah.
Relevansi Islam dan Pancasila
Ustadz Abdul Somad menegaskan bahwa tauhid tidak bertentangan dengan Pancasila. “Pancasila sila pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Qul huwallahu ahad (Katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Esa). Siapa yang bertauhid justru mengamalkan Pancasila,” jelasnya. Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga kejujuran, bahkan dalam hal kecil seperti tidak meminum air bak mandi saat puasa.
Seruan untuk Pejabat dan Masyarakat
Ustadz berpesan agar pejabat menggunakan kekuasaan untuk menegakkan agama. “Jika penguasa takut pada Allah, ‘pisaunya’ tidak hanya tajam ke bawah, tapi ke mana pun sesuai keadilan,” ucapnya. Gubernur Lampung yang hadir pun didoakan agar tetap istiqomah dalam ketakwaan.
Di sisi lain, masyarakat diajak menjaga kebersihan hati dan lingkungan. “Bawa kantong plastik untuk sampah, jaga kebersihan. Ini bagian dari ibadah,” pesannya, merujuk ketentuan acara.
Kisah Inspiratif dan Kritik Sosial
Dengan gaya khasnya yang humoris, Ustadz menyelipkan kisah-kisah kontemporer, seperti fenomena mabuk dengan minyak campur solar hingga pentingnya peran perempuan dalam keluarga. “Sales motor pun targetnya ibu-ibu. Kalau istri tidak setuju, suami tak bisa beli motor,” candanya, disambut riuh hadirin.
Ia juga mengkritik gaya hidup hedonis. “Hidup ini singkat. Saat mati, tak ada harta atau jabatan yang dibawa. Yang ditanya: Man rabbuka? (Siapa Tuhanmu?),” tegasnya.
Doa untuk Negeri dan Penutupan
Di akhir acara, Ustadz memimpin doa bersama untuk keselamatan Indonesia, pemimpin yang adil, dan generasi muda yang terjaga dari narkoba serta LGBT. “Lampung dan Indonesia harus menjadi baldatun thayyibatun warabbun ghafur (negeri yang baik dan penuh ampunan),” serunya.
Acara ditutup dengan pantun: Menangkap puyu di Bukit Selasih, Lampung bersih negeri yang aman. Jaga kebersihan, buang sampah pada tempatnya! Peserta pun berpamitan dengan semangat baru, membawa pulang pesan ketakwaan dan kejujuran. (Ugy/FM)