Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Seminar Keprofesian FTIK ITERA: Membangun Kota Ramah Lingkungan melalui Strategi Pengelolaan Sampah dan Teknologi Pemanenan Air Hujan

Foto : Dokumentasi Seminar Keprofesian FRIK ITERA (Ugy/filsafatmuslim.com)

Filsafat Muslim - Dalam menghadapi kompleksitas permasalahan lingkungan perkotaan yang kian meningkat, Fakultas Teknik Infrastruktur dan Kewilayahan (FTIK) Institut Teknologi Sumatera (ITERA) menyelenggarakan Seminar Keprofesian bertema “Mewujudkan Kota Ramah Lingkungan melalui Strategi Pengelolaan Sampah dan Teknologi Pemanenan Air Hujan”, pada Jumat, 10 Oktober 2025, bertempat di Aula Gedung E ITERA.

Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber berkompeten di bidangnya, yaitu Ir. Edi Yitno Nugroho, S.T., IPM., Ahli Utama Sumber Daya Air dan Praktisi Pemanenan Air Hujan, serta Bapak Joko yang hadir mewakili Yusnadi Ferianto, S.E., M.M., Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung. Adapun jalannya seminar dimoderatori oleh Indah Yusliga Sari Purba, S.Si., M.T., dosen Program Studi Teknik Lingkungan ITERA.

Pengelolaan Sampah dari Hulu ke Hilir: Pilar Kota Bersih dan Berkelanjutan

Pada sesi pertama, Bapak Joko menekankan pentingnya pengelolaan sampah terpadu dari hulu ke hilir sebagai langkah strategis dalam menciptakan kota sehat dan bebas pencemaran. Sistem ini tidak hanya berfokus pada pengumpulan dan pembuangan, tetapi juga pada penciptaan nilai ekonomi baru melalui pendekatan ekonomi sirkular.

Tiga fase utama yang menjadi pilar pengelolaan sampah modern adalah :

1. Tahap Hulu

Keterlibatan masyarakat dalam memilah sampah sejak dari sumber menjadi faktor utama keberhasilan. Edukasi lingkungan, penerapan sistem digitalisasi pengumpulan, serta insentif ekonomi berbasis daur ulang menjadi langkah strategis di tahap ini.

2. Tahap Tengah

Sampah terpilah kemudian dikelola melalui Rumah Kompos Swadaya Masyarakat (RCSM) untuk menghasilkan produk bernilai tambah seperti kompos, maggot, paving block, hingga Refuse-Derived Fuel (RDF). Pemanfaatan teknologi mesin pencacah dan sistem konveyor meningkatkan efisiensi proses ini.

3. Tahap Hilir

Sisa residu diolah menggunakan teknologi pirolisis non-incinerator, yang mengubah limbah menjadi bahan bakar alternatif seperti BBJP Mix, digunakan untuk industri semen dan PLTU.

Menurut Bapak Joko, model ini mampu menekan volume sampah secara signifikan sekaligus menciptakan peluang ekonomi baru berbasis waste to energy. Kunci keberhasilannya terletak pada kolaborasi lintas sektor antara masyarakat, pemerintah, akademisi, dan industri dalam membangun zero waste city yang ideal.

Pemanenan Air Hujan (PAH): Teknologi Sederhana, Dampak Luar Biasa

Sesi kedua dibawakan oleh Ir. Edi Yitno Nugroho, S.T., IPM., yang membahas teknologi Pemanenan Air Hujan (PAH) sebagai solusi efektif menghadapi krisis air bersih dan penurunan muka air tanah. Sistem PAH tidak hanya menampung air hujan, tetapi juga berfungsi untuk mengisi kembali air tanah (recharge aquifer).

Dengan mengusung konsep Zero Delta Q, sistem ini menjaga agar debit puncak limpasan air hujan tetap stabil sehingga mengurangi risiko banjir sekaligus memperkuat cadangan air tanah lokal. Ir. Edi Yitno juga mendorong penerapan sistem PAH di kawasan permukiman, kampus, dan fasilitas publik karena desainnya yang sederhana, berstandar SNI, dan berbiaya rendah.

Teknologi PAH menjadi simbol kesadaran ekologis masyarakat modern untuk memanfaatkan sumber daya alam secara efisien dan berkelanjutan.

Sinergi PAH dan Pengelolaan Sampah: Fondasi Kota Adaptif terhadap Perubahan Iklim

Kedua narasumber sepakat bahwa sinergi antara pengelolaan sampah terpadu dan teknologi pemanenan air hujan merupakan langkah strategis menuju kota adaptif terhadap perubahan iklim.

Sistem pengelolaan sampah menjaga kebersihan dan efisiensi sumber daya, sedangkan teknologi PAH memastikan ketahanan air dan keseimbangan ekosistem. Kombinasi ini mendukung kebijakan green infrastructure, yang memadukan fungsi ekologis, sosial, dan ekonomi dalam satu sistem berkelanjutan.

Menyatukan Teknologi dan Kesadaran Menuju Masa Depan Lestari

Seminar Keprofesian FTIK ITERA ini menegaskan komitmen akademisi dan praktisi dalam membangun masa depan kota hijau yang berketahanan lingkungan. Melalui pemahaman teknologi seperti PAH dan sistem pengelolaan sampah modern, peserta diajak untuk berperan aktif sebagai agen perubahan menuju pembangunan berkelanjutan.

Moderator, Indah Yusliga Sari Purba, menutup sesi dengan pesan reflektif:

“Kota ramah lingkungan bukan hanya dibangun oleh teknologi, tetapi oleh kolaborasi dan kesadaran bersama.”

Nilai Islami: Menjaga Alam sebagai Amanah Ilahi

Upaya pengelolaan sampah dan pemanenan air hujan merupakan bentuk implementasi tanggung jawab ekologis yang sejalan dengan prinsip maslahah - menjaga kemaslahatan bersama untuk generasi kini dan mendatang.

Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-A’raf ayat 56:

"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan."Dengan demikian, melalui semangat keilmuan dan nilai-nilai keislaman, ITERA menegaskan perannya tidak hanya sebagai pusat pendidikan teknologi, tetapi juga sebagai pelopor peradaban hijau yang berlandaskan iman, ilmu, dan amal. (Ugy/FM)