Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Komunitas Jendela Lampung: Membuka Akses Literasi, Menumbuhkan Semangat Belajar Anak

Foto : Dokumentasi Kegiatan Komunitas Jendela Lampung (Ugy/filsafatmuslim.com)

Filsafat Muslim - Pada 4 November 2025 Di tengah meningkatnya perhatian terhadap isu literasi anak di Indonesia, Komunitas Jendela Lampung (KJL) hadir sebagai salah satu gerakan sosial yang konsisten menumbuhkan budaya baca di wilayah Bakung, Kota Bandar Lampung. Muhammad Rayhan, mahasiswa Sistem Informasi Universitas Bandar Lampung angkatan 2022 yang juga menjadi relawan aktif KJL, mengisahkan bagaimana komunitas ini bertransformasi dari gerakan sederhana menjadi wadah pendidikan alternatif bagi anak-anak.

“Motivasi utama pendirian KJL ada pada dua hal penting: pendidikan dan literasi,” tutur Rayhan. Sejak awal berdiri, KJL berfokus pada peningkatan minat baca anak-anak di daerah Bakung, wilayah yang kala itu masih memiliki keterbatasan akses terhadap bahan bacaan dan fasilitas pendidikan nonformal.

Menumbuhkan Literasi Lewat Cara yang Menyenangkan

Untuk membangun kebiasaan membaca, KJL menerapkan metode pembelajaran yang interaktif. Setiap sesi kegiatan biasanya diawali dengan membaca bersama, lalu anak-anak diminta untuk menceritakan kembali isi buku yang telah mereka baca. “Kami ingin mereka tidak hanya membaca, tapi juga memahami. Dengan mempresentasikan kembali isi bacaan, anak-anak belajar berpikir kritis dan percaya diri berbicara di depan umum,” jelas Rayhan.

Selain membaca, kegiatan juga diisi dengan permainan edukatif dan diskusi ringan yang menyesuaikan dengan usia peserta. Pendekatan ini dianggap efektif untuk menanamkan rasa cinta terhadap buku tanpa membuat anak-anak merasa terpaksa belajar.

Foto : Dokumentasi Kegiatan Komunitas Jendela Lampung (Ugy/filsafatmuslim.com)

Tantangan dan Upaya Ekspansi Komunitas

Selama sebelas tahun berdiri, KJL menghadapi berbagai tantangan, salah satunya terkait jangkauan wilayah. “Selama ini fokus kami masih di Bakung. Tantangannya adalah bagaimana agar KJL bisa dikenal dan menjangkau lebih banyak daerah,” ungkap Rayhan.

Sebagai solusi, KJL menjalankan program KJL Goes to School yang telah menyambangi lebih dari seratus sekolah di Tulang Bawang. Melalui program ini, para relawan mengadakan kegiatan membaca bersama dan lomba-lomba edukatif. Upaya ini terbukti efektif memperluas pengaruh komunitas di luar Bakung dan meningkatkan kesadaran literasi di kalangan pelajar.

Foto : Dokumentasi Kegiatan Komunitas Jendela Lampung (Ugy/filsafatmuslim.com)

Inovasi dan Program Kreatif

Selain rumah baca, KJL juga memiliki berbagai program inovatif untuk memperkuat literasi anak. Salah satunya adalah Festival Tahunan Komunitas Jendela Lampung, sebuah acara yang diadakan setiap tahun untuk merayakan perjalanan KJL.

“Festival tahunan ini bukan hanya soal membaca. Ada kegiatan seni, permainan edukatif, dan booth interaktif tentang literasi,” ujar Rayhan. Tahun ini, festival bertema Fun Fest Literasi akan menghadirkan berbagai stan seperti booth cerita anak, booth kesadaran literasi, hingga permainan bertema edukasi. Acara ini dirancang agar anak-anak dapat belajar sekaligus bersenang-senang.

KJL juga pernah mengadakan kegiatan Pojok Baca di sekitar Embung Universitas Lampung. Respons masyarakat sangat positif. “Banyak anak-anak yang sedang bermain sore mampir untuk membaca. Dari situ kami sadar, minat baca bisa tumbuh asal difasilitasi dengan cara yang santai dan menarik,” tambah Rayhan.

Membangun Gerakan Terbuka untuk Semua

Sebagai komunitas sosial, KJL membuka kesempatan bagi siapa pun yang ingin berkontribusi di bidang pendidikan dan literasi. “KJL itu terbuka untuk semua. Siapa pun bisa bergabung asal punya semangat untuk berbagi dan berdampak,” ujar Rayhan. Rekrutmen relawan biasanya dilakukan secara periodik dan diumumkan melalui media sosial komunitas.

Menurutnya, menjadi relawan bukan hanya soal memberi, tapi juga belajar. Para anggota KJL memperoleh banyak pengalaman berharga dalam berinteraksi dengan anak-anak dan masyarakat setempat. “Kami belajar empati, komunikasi, dan manajemen kegiatan. Semua itu jadi bagian dari proses tumbuh bersama,” katanya.

Menatap Masa Depan: Dari Bakung untuk Lampung

Memasuki usia sebelas tahun, KJL terus memperluas visinya agar tak hanya berfokus di Bakung. Rayhan berharap komunitas ini dapat menjangkau lebih banyak daerah di Lampung. “Harapan saya, KJL bisa eksplor ke wilayah lain seperti Rajabasa atau Menang, karena masih banyak daerah dengan akses literasi rendah,” ungkapnya.

Baginya, KJL bukan sekadar komunitas, melainkan jendela pembuka peluang bagi anak-anak untuk mengenal dunia melalui buku. “Sesuai slogannya, jendela buka. Kami ingin membuka akses pendidikan dan literasi seluas mungkin. Karena setiap anak berhak punya kesempatan yang sama untuk belajar dan bermimpi,” tutup Rayhan dengan senyum penuh keyakinan. (Ugy/FM)