Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ketahanan pangan Lampung Selatan Ditopang JIAT, Petani Minta Combine dan Rotari Tersedia

Foto : Dialog Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Dasar, Muhammad Rachmat Kaimuddin Dengan Masyarakat Lampung Selatan (Ugy/filsafatmuslim.com)

Filsafat Muslim - Lampung Selatan. Selasa 14 Oktober 2025 siang sekitar pukul 14.30 WIB,  peninjauan Proyek Revitalisasi Jaringan Irigasi Tanah (JIAT) di Desa Rejomulyo, Kecamatan Jati Agung, tidak dihadiri Menko Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono. AHY diwakili Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Dasar, Muhammad Rachmat Kaimuddin, yang berdialog langsung dengan petani, kepala desa, dan pendamping lapangan.

“Yang kita inginkan adalah swasembada pangan. Tugas kami memastikan indeks pertanaman naik melalui teknologi dan pembangunan infrastruktur,” ujar Rachmat Kaimuddin.

Foto : Papan Informasi JIAT Lampung Selatan (Ugy/filsafatmuslim.com)

Agenda pada 14 Oktober 2025 berlokasi di Desa Rejomulyo, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan dengan fokus percepatan JIAT sebagai bagian penguatan ketahanan pangan berbasis pengelolaan air. Kegiatan dihadiri Deputi Kemenko, Balai Teknis PUPR, Kepala Desa, PPL, kelompok tani dan masyarakat.

Di Desa Rejomulyo terdapat 6 (enam) titik JIAT menopang sekitar 230 hektare. Total lahan desa sekitar 620 hektare dan ada wacana 400 hektare prioritas. Di Desa Margakaya, Hamparan sawah sekitar 275 hektare belum tersentuh JIAT. Di Desa Margodadi, sekitar 254 hektare lahan tadah hujan memerlukan dukungan JIAT dan elektrifikasi pompa. Di Desa Margo Agung, Lahan sekitar 525 hektare dan Dua unit bantuan sejenis, satu sudah konversi ke listrik dan satu masih berbahan bakar. Kemudian elektrifikasi, dengan usulan koridor jaringan sekitar 600 meter dengan 14 titik sumur dangkal di Desa Rejomulyo.

Rachmat Kaimuddin. “Kami menyediakan air agar petani bisa tanam tiga kali. Bibit, pupuk, dan kerja keras Bapak Ibu menentukan hasilnya.”

Dengan adanya fasilitas tersebut, memiliki dampak produksi peningkatan indeks pertanaman hingga tiga kali tanam per tahun setelah konversi ke listrik.

Tursan Doro, Kades Rejomulyo. “Awalnya 15 bor hanya melayani sekitar 20 sampai 25 hektare. Kami butuh tambahan sumur agar cakupan meningkat.”

Mujimin, Kades Margakaya. “Tanpa JIAT, sulit panen dua atau tiga kali di hamparan 275 hektare.”

Beberapa aspirasi utama warga, yaitu :

1. Perluasan sumur bor JIAT agar cakupan irigasi bertambah pada lahan tadah hujan.

2. Realisasi program Listrik Masuk Sawah dari hasil survei bulan Juli untuk Margakaya dan Margo Agung.

3. Peningkatan jalan usaha tani agar mobil panen dan truk hasil bumi bisa masuk ke lahan.

4. Penguatan alat mesin pertanian. Kebutuhan combine harvester dan rotari saat puncak panen masih tinggi.

Saryun, Ketua Gapoktan Rejomulyo. “Dulunya sekali tanam, pakai genset dua kali, kini pakai listrik bisa tiga kali. Tantangan kami saat panen adalah kekurangan combine dan rotari.”

Perwakilan balai. “Tidak semua usulan dapat dipenuhi. Daya dukung cekungan air tanah menjadi acuan utama.”

Respons pemerintah, yaitu :

Kolaborasi. Kemenko akan sinkronkan PUPR, PLN, Kementan, dan pemda untuk memastikan investasi air tanah serta elektrifikasi pompa berdaya ungkit ke produktivitas.

Efisiensi energi. Deputi menekankan pompa listrik lebih hemat dan mengandalkan energi dalam negeri.

Tindak lanjut. Deputi menyatakan akan melapor ke Menko dan memanggil PLN untuk memetakan titik, kebutuhan daya, dan skema pembiayaan.

JIAT dan elektrifikasi pompa menjadi pengungkit ganda bagi lahan tadah hujan. Kepastian air di luar musim hujan menaikkan indeks pertanaman, sementara biaya operasi yang lebih efisien membantu marjin petani. Tantangan nyata berada pada ketepatan lokasi bor, konservasi cekungan air, kecepatan elektrifikasi, dan kesiapan alsintan saat panen serentak. Dengan data presisi dan koordinasi yang rapi, Lampung Selatan berpeluang mempercepat produksi padi dan memperkuat target swasembada pangan. (Ugy/FM)